Wujudkan Pendidikan di Pelosok Negeri
Saat ini Indonesia mengalami krisis pembelajaran yang mana 70% siswa usia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum untuk literasi dan numerasi menurut tes PISA (Programme for International Student Assessment). Oleh karena itu, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya di wilayah perbatasan.
Tersimpan kisah pilu tentang semangat anak-anak di pelosok negeri untuk sekolah yang terhalang oleh keterbatasan fasilitas yang tak kunjung usai.
Buku-buku yang usang, ruang kelas yang sempit, dan jumlah guru yang terbatas tak lantas memudarkan semangat mereka untuk belajar. Salah satunya Nurdin, siswa dari MIS Muhammadiyah Lo’ang NTT yang rela berjalan kaki sepanjang 2 km untuk menimba ilmu.
Perjalanan ke sekolah tidak selalu mudah bagi Nurdin. Saat hujan turun, ia sering kali harus pulang karena takut pakaiannya basah dan tidak punya ganti. Namun, hal itu tidak mengurangi semangat belajarnya. “Kalau hujan, kami pulang karena takut pakaian kami basah“, katanya sambil menceritakan tantangan yang dihadapinya.
MasyaAllah betapa berat perjuangannya. Nurdin dan teman-temannya hanyalah secercah kisah dari ribuan anak yang mendambakan pendidikan yang layak di tengah keterbatasan akses pendidikan di perbatasan negeri.
Sebagaimana dalam UUD 45 pasal 31 ayat 1 bahwa “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan“, mari wujudkan kemajuan pendidikan anak bangsa yang merata melalui program tapal batas YBM BRILiaN.
Tanggal | Donatur | Nominal |
---|---|---|
Total Donasi Online | Rp 0 | |
Total Donasi Offline | Rp 0 | |
Total | Rp 0 |
Belum ada kabar baik pada campaign ini