Agar Doa Dikabulkan
Oleh : Dr. Abdurrauf, Lc., M.A.
Anggota Dewan Pengawas Syariah YBM BRILiaN
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang orang yang menyombongkan diri dari menyembah Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. Ghafir: 60).
Terdapat beberapa aspek agar doa dikabulkan, yaitu:
Pertama, tidak tergesa gesa minta doa segera dikabulkan
Pada dasarnya, keinginan agar doa lekas dikabulkan adalah sesuatu yang wajar, karena setiap orang pasti berharap permohonannya segera terealisisasi. Akan tetapi, yang dilarang dalam hal ini adalah sikap tergesa-gesa yang ditunjukkan seorang pendoa di hadapan Allah SWT. Ekspresi tergesa-gesa ini dapat berupa kata-kata atau kalimat yang tidak pantas untuk diucapkan, seperti, “Saya sudah lama berdoa, tapi tidak kunjung dikabulkan”, atau “kapan ya doaku dikabulkan”, atau “kenapa ya doaku belum juga dikabulkan” atau kalimat lain yang senada. Menurut keterangan hadits Nabi Muhammad SAW, sikap tidak etis ini dapat menjadi faktor penghalang doa dikabulkan oleh Allah SWT: “Doa seseorang di antara kalian senantiasa dikabulkan selama ia tidak tergesa gesa, yaitu dengan mengatakan, ‘aku telah berdoa namun tidak dikabulkan’”. (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, ungkapan keluhan dan keputusasaan seperti di atas tidak pantas terjadi pada diri seorang muslim/mukmin. Namun, yang tepat adalah yakin dan optimis doa pasti dikabulkan Allah SWT, tentu diiringi dengan bersabar dan menanti waktu ijabah.
Kedua, berdoa secara rutin/terus menerus
Permohonan dan doa itu hendaklah dipanjatkan pada setiap waktu dan keadaan, baik dalam keadaan senang maupun susah, dan baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Rasulullah SAW mengingatkan betapa hal ini perlu diperhatikan: “Barangsiapa yang ingin/senang Allah mengabulkan doanya ketika ia dalam keadaan susah/sulit, maka hendaklah ia memperbanyak doa di waktu senang/ lapangnya” (HR. al Tirmidzi). Mengacu pada hadits ini, doa yang dimohonkan pada waktu senang, sangat membantu dikabulkannya doa di waktu susah/ sempit, sehingga dengan demikian, kata sabar, rutin dan terus menerus adalah kata kunci yang sangat menentukan doa diijabah. Selain itu, Rasulullah SAW juga menyampaikan bahwa: “amalan/usaha yang paling disukai oleh Allah ta’ala adalah yang dilakukan secara rutin/terus–menerus walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim). Berdasarkan keterangan hadits ini dapat dipahami bahwa doa yang dipanjatkan oleh seseorang secara terus-menerus adalah usaha yang sangat disukai oleh Allah SWT, oleh karena itu doanya sangat mungkin diijabah.
Ketiga, memilih waktu waktu mustajab
Aspek ketiga ini tentu tidak kalah penting dari yang pertama dan kedua di atas, karenanya memilih waktu yang tepat dalam berdoa harus menjadi perhatian utama dalam berdoa. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW menjelaskan beberapa waktu ijabah itu, antara lain adalah waktu jeda antara adzan dan iqamah dalam shalat lima waktu, sebagaimana dalam hadits : “Doa yang dimohonkan antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak” (HR. Al Tirmidzi). Kata “la turadd” yang berarti “tidak ditolak” dalam hadits ini dapat dimaknai dengan adanya jaminan bahwa doa yang dipanjatkan pada waktu tersebut akan dikabulkan oleh Allah SWT, tentunya dengan memperhatikan syarat-syarat pengkabulan doa itu sendiri.
Selain itu, waktu sujud juga merupakan waktu yang sangat tepat untuk bermunajat kepada Allah SWT guna memohon kepada-Nya segala bentuk kebutuhan dan keperluan. Oleh karenanya, Rasulullah SAW memerintahkan umat agar memanfaatkan waktu tersebut sebaik mungkin sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, dimana beliau bersabda : “Waktu yang paling dekat seorang hamba kepada Rabbnya adalah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah kalian berdoa (ketika sujud itu)” (HR. Bukhari dan Muslim). Kalimat “maka perbanyaklah doa” dalam hadits ini memberikan isyarat bahwa waktu sujud merupakan waktu ijabah, yang mana Allah SWT mudah mengabulkan doa seorang hamba manakala ia berdoa kepada-Nya.
Kemudian waktu ijabah lain adalah di sepertiga malam terakhir dari setiap malam waktu ketika seorang muslim sangat dianjurkan untuk melaksanakan tahajud, tilawah Al Qur’an, berdzikir, dan lain-lain. Adapun sepertiga malam terakhir ini sebagai waktu ijabah didasarkan pada hadits Nabi ; “Allah tabaraka wa ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia pada waktu sepertiga malam yang terakhir. Allah berfirman; ‘Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan. Barang siapa yang meminta kepada-Ku niscaya akan Aku beri. Barang siapa yang meminta ampunan kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni’” (HR. Bukhari dan Muslim).